Kamis, 27 Maret 2008

Perkembangan Masa Remaja My Self

PERKEMBANGAN MASA REMAJA

Adanya proses perkembangan pada semua makhluk di dunia ini adala karena kekuasaan Allah SWT. Dalam perkembangan manusia khusunya bagi saya adalah karena jasa orangtua (Keluarga) yang telah memberikan kasih sayang begitu tulus pada diri saya. Saya merasa sangat bersyukur mempunyai keluarga yang sangat baik, walaupun kami hidup dalam keadaan yang relative pas-pasan. Karena jasa dan kasih sayangnya lah saya dapat tumbuh menjadi seorang remaja yang normal. Saran atau ungkapan dari keluarga saya yang menjadi pedoman dalam hidupkan adalah “Bersemangatlah atau carilah ilmu sapai tinggi walau kondisi keuangan tidak memungkinkan, karena rezeki sudah diatur oleh Allah”.
Masa remaja sering juga disebut dengan masa perubahan, periode peralihan, usia bermasalah, usia saat mencari identitas, dan lain sebagainya. Teori ini benar terjadi pada diri saya. Proses perkembangan kedewasaan saya cukup baik dibandingkan dengan lingkungan sekitar. Buktinya ketika saya masih usia 14 atau 15 saya tidak terbawa teman untuk merokok, saya tidak peduli walaupun dikatakan teman-teman saya sering disebut bencong, kuper atau kata-kata lain yang sangat menyakitkan hati saya, tapai hal itu tidak menjerumuskan saya untuk merokok. Mungkin hal yang menyebabkan kekuatan pada hati saya adalah karena saya hidup dikeluarga yang agamis, setelah lulus Madarasah Ibtidaiyah Pendawa-Lebaksiu_Tegal, saya disekolahkan orang tua ke sekolah yang favorit di kabupaten Tegal yaitu MTS N Model Babakan Tegal. Sekolah di MTS Model merupakan kebahagian yang tidak terkira, karena sekolah menjadi incaran para orang tua di kabupaten Tegal, bahkan samapi diluar Kabupaten Tegal. Karena dari keluarga yang pas-pasan saya sering terlambat untuk membayar uang sekolah, maklum saja karena biayanya cukup mahal menurut keluarga saya dibandingkan dnegan sekolah yang lain. Selain sekolah pagi hari, saya juga setiap sore (setelah pulang sekolah MTS) saya langsung berangkat mengaji di MDA sampai 6 tahun di Ponpes Ma’hadut Tholabah. Saya bolak-balik berangkat sekolah dengan menggunkan sepeda Karena jarak yang ditempuh cukup jauh kurang lebih 0,5 KM. tapi kadang kala saya dengan jalan kaki jika sepeda saya rusak dan jika hari hujan, itu semua kadang aku lakukan dengan perasaan malas, dan kurang percaya diri, namun jika ingat susahnya keluarga mencari uang untuk membiayi sekolah saya perasaan itu hilang jauh-jauh.
Teori bahwa masa remaja adalah masa yang berkurangnya rasa percaya diri nampak kebetulannya pada diri saya semenjak saya lulus dari MTS, dan melanjutkan ke MAN Babakan Tegal. Saya tidak mau lagi menggunakan sepeda untuk sekolah, saya lebih memilih untuk jalan kaki. Saya gengsi atau malu terhadap teman-teman yang menggunakan sepeda motor, entah mengapa perasaan itu bisa muncul pada diri saya, seolah saya tidak berkaca pada diri sendiri bahwa saya dari keluarga yang tidak punya. Mungkin inilah contoh dari perkembangan remaja. Perasaan itu terus ada sampai saya lulus dari MAN Babakan. Perasaan itu hilang ketika orang tua saya memutuskan untuk menguliah kan saya di Jakarta, mereka berharap dengan saya kuliah nasib saya lebih baik dari pada orang tua dan kakak-kakak saya dan nasib keluarga lebih baik khususnya masalah keuangan. Keluarga saya begitu peduli dengan pendidikan walaupun orang tua saya tidak bias membaca maupun menulis namun mereka berharap agar saya dapat menjadi anak yang sukses karena saya adalah satu-satunya anak yang kuliah di keluarga saya (5 kakak saya cuma sampai lulusan SMA bahkan ada yang SMP).
Keluarga mengorbankan semuanya demi kuliah saya, sampai melepas sesuatu yang dianggap sangat penting dalam kalangan orang desa demi kuliah saya. Karena kondisi keluarga seperti inilah yang membentengi saya di Jakarta untuk melakukan sesuatu yang dilarang baik oleh agama maupun Negara. Namun karena kondisi yang seperti itu juga membuat konflik dalam diri saya, saya tidak tahu apakah saya dapat terus kuliah dengan kondisi yang seperti ini, sementara adik juga membutuhkan biaya untuk sekolah. Saya hanya bisa beruasaha dan berdoa semoga saya tidak mengecawakan pengorbanan keluarga yang begitu besar. Semoga Allah mendengarkan dan mengabulkan doa hamba yang lemah ini.


AKU KAN TERUS BERUSAHA DAN BERDOA DEMI AJARAN ALLAH DAN DEMI KELUARGA DAN NIZAR.

Rabu, 05 Maret 2008

Perkembangan Remaja

Memahami Perkembangan Remaja Sekarang ini
Orang bilang, masa remaja itu masa yang paling indah, ekspresif, produktif. Tapi, kita juga dibilang sok tau, seenaknya, dan kurang bisa menghormati orang dewasa. Jadi, kita sebenarnya gimana, sih?
Ada berbagai aspek perkembangan yang kita alami, antara lain berkaitan dengan aspek sosial, emosional, konsep diri, heteroseksual dan kognitif. Yuk kita bahas satu-satu.
<>
Perkembangan sosial
Semula kita memang bertingkah laku sebagai anak-anak, ketika kita dalam tahap usia anak-anak, kemudian menjadi remaja lalu serta-merta orang dewasa memosisikan kita bisa berperilaku dewasa, menyesuaikan diri dengan peran-peran dewasa dan melepaskan diri dari peran-peran sebagai anak-anak. Di sinilah titik pangkal yang menyebabkan kita berada dalam kondisi yang sulit. Maka, timbullah kebutuhan kita, misalnya akan identitas diri, individualitas bahkan kebutuhan akan kemandirian. Nah, ketika kebutuhan tersebut muncul dan orang dewasa tidak memahaminya, lagi-lagi inilah yang sering menjadi sumber permasalahan kita dengan orang dewasa atau lingkungan kita.
Kita mungkin pernah mengalami kebingungan ketika menghadapi benturan nilai teman-teman dengan ortu. Rasanya sudah enggak sabar ingin lepas dari pengaruh ortu, berusaha mandiri, dan punya keputusan sendiri. Misalnya memutuskan untuk tampil cool dengan ikutan merokok bareng teman-teman lain. Padahal, merokok amat sangat dilarang oleh ortu.
Benturan nilai ini akan sering kita hadapi. Pada contoh yang lebih ringan adalah pemberlakuan jam malam. Kita mungkin harus sudah sampai rumah paling telat pukul sepuluh. Jadi, selamat tinggal party-party yang baru mulai pukul sepuluh malam. Sementara itu, banyak teman yang orangtuanya membolehkan mereka ikutan party sampai tamat.
"Perang dunia" menahun bakal terjadi, dan bukan enggak mungkin bakal kronis, jika kita bukan tipe anak yang punya hubungan hangat dengan orangtua. Hubungan itu malah akan membangun semangat saling mau mengerti antara kita dan ortu. Iyalah, ortu mana sih yang rela melepas anaknya pulang malam untuk datang ke acara (yang menurut mereka) enggak juntrung? Sebaliknya, anak mana sih yang enggak ngomel berat dilarang datang ke party paling cool sedunia sama ortunya?
Hubungan yang hangat dalam keluarga membuat kita mau menerangkan perasaan kita. Dan, ortu pun akan rela hati mendengarkan kita, juga mau menjelaskan alasan pelarangan itu dalam bahasa yang nyantai. Seringnya membuat kesepakatan antara kita dengan ortu, akan sangat membantu perkembangan diri kita. Termasuk perkembangan kehidupan sosial kita
Perkembangan emosi
Bentuk atau jenis emosi pada manusia itu ternyata banyak, misalnya; takut, khawatir, cemas, marah, sebal, frustrasi, cemburu, iri hati, ingin tahu, sayang, cinta benci dukacita, bahagia, dan masih banyak lagi. Lalu apa hubungannya dengan kita? Ternyata jenis atau bentuk emosi yang disebut tadi memiliki ciri-ciri perkembangan yang berbeda-beda dalam setiap tahapan perkembangan manusia. Dalam tahap remaja seperti kita sekarang ini ciri-ciri perkembangan emosi kita sebagai berikut:
• Lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan dengan meledak-ledak.
• Kondisi emosional yang muncul tadi berlangsung lama, sampai akhirnya kembali dalam keadaan semula.
• Emosi yang muncul sudah bervariasi, bahkan kadang bercampur-baur antara dua emosi yang (sebenarnya) bertentangan. Misalnya, benci dan sayang dalam satu waktu.
• Mulai muncul ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cemburu, dan sebagainya).
• Mudah tersinggung dan merasa malu, karena umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang kita. Tapi ini juga sangat tergantung dari perkembangan konsep diri kita.
Lalu bagaimana sebaiknya kita menghadapinya? Agar semuanya terjadi secara wajar, kita perlu upaya pengendalian emosi ataupun juga menghindari beban emosi. Caranya:
• Kita harus belajar menghadapi segala situasi itu dengan sikap yang rasional.
• Kita juga harus menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat membangkitkan emosional. Kalau mengalami sesuatu yang bikin marah atau sedih, jangan kebawa emosi dulu.
• Memberikan respons terhadap situasi dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebih-lebihan, proporsional sesuai dengan keadaannya, dengan cara yang bisa diterima lingkungan sosial kita.
• Mengemukakan emosi positif kita (senang, bahagia, sayang) dan juga yang negatif (sebal, sedih, marah) secara benar dan proporsional.
Perkembangan konsep diri
Konsep diri ini berkenan dengan perasaan dan pemikiran kita mengenai diri kita sendiri, karena atas penilaian sendiri maupun penilaian dari lingkungan sosial kita. Misalnya kalau kita enggak puas terhadap kondisi fisik, maka konsep diri menjadi buruk. Hal ini membuat kita merasa rendah diri. Begitu pula sebaliknya, konsep diri positif bila kita menilai fisik kita menarik dan sesuai dengan yang diinginkan. Kalau kita dinilai oleh orang lain, misalnya sebagai remaja yang bisa gaul, pandai dan hal-hal yang positif lainnya, maka semangat positif itu dapat meningkatkan konsep diri dan ke-PD-an kita.
Salah satu ciri dari perkembangan konsep diri kita sebagai remaja ialah cenderung negatif antara lain karena berkembangnya fisik yang cukup drastis, kadang juga kurang proporsional (badan memanjang tapi kurus, bulat gemuk, dan sebagainya), merasa selalu diperhatikan orang lain atau menjadi pusat perhatian orang lain, memiliki aspirasi yang tinggi tentang segala hal.
Perkembangan kognitif
Dalam perkembangan ini perilaku yang muncul, misalnya kritis (segala sesuatu harus rasional dan jelas), rasa ingin tahu yang kuat (perkembangan intelektual kita merangsang untuk harus mengetahui segala sesuatu, dalam tahap ini muncul keinginan untuk bereksplorasi) dan egosentris (segala sesuatu masih dilihat dari sudut pandangannya).
Jadi, enggak usah terkaget-kaget dengan komentar orang dewasa terhadap diri kita, ya. Malah kalau perlu, beri mereka penjelasan bahwa beginilah perkembangan remaja. Bisa jadi, kita bakal terlihat lebih dewasa dibanding para orang dewasa itu.
Good luck!YAHYA MA’SHUM DAN CHATARINA WAHYURINI (sumber: Modul PKBI)